21.00 – 22.00
JAM PERTAMA - PENDERITAAN DI TAMAN GETSEMANI
Tiga jam Menderita di Taman Getsemani
DOA PEMBUKAAN
O Penebus Ilahi-ku, Yesus, kumohon bawalah aku bersama-MU, bersama tiga rasul terkasih-MU, untuk membantu-MU saat Engkau menderita di Taman Zaitun. Diingatkan oleh teguran manis yang Engkau berikan kepada Petrus dan dua murid lainnya yang tertidur, aku ingin tetap terjaga setidaknya satu jam dengan Engkau di Getsemani; aku ingin merasakan setidaknya satu kesakitan yang tajam di Hati-MU yang menderita, satu susah payah desahan nafas-MU.
Aku ingin mengarahkan pandanganku pada Wajah Ilahi-MU dan merenungkan bagaimana Wajah-MU menjadi pucat, bagaimana Wajah-MU tersusahkan, bagaimana Wajah-MU tertindas oleh kesedihan, bagaimana Engkau membungkuk rendah, bahkan sampai ke debu! Wahai penderitaan Yesus-ku, aku sudah melihat-MU terhuyung dan jatuh, sekarang ke kiri dan sekarang ke kanan. Aku melihat Engkau memautkan tangan-MU yang mengasihi dan terlumpuhkan. Aku mulai mendengar rintihan-MU, tangisan rasa sakit-MU yang tidak bisa dimengerti yang Engkau angkat ke surga. Ya, Yesus, yang menderita di Taman Getsemani yang suram, pada saat ini aku akan menemanimu, membuat percikan, aliran darah yang patut disembah mengalir padaku, yang mengalir dari semua anggotamu yang patut disembah.
O mandi yang paling berharga dari kebaikan terbesar yang kumiliki, Yesus, yang sangat menderita bagiku, biarkan aku meminum Engkau sampai tetes terakhir, dan bersama-MU, meminum setidaknya satu teguk piala pahit Kekasihku. Biarkan aku merasakan di dalam diriku rasa sakit Hati-NYA yang ilahi. Sungguh, biarkan aku merasakan hatiku hancur oleh kesedihan karena telah menyinggung perasaan Tuhanku, yang merendahkan Diri-NYA hingga pada sengsara kematian bagiku.
Ya, Yesus-ku, berikanlah aku rahmat, tolonglah aku untuk menderita, mengeluh dan menangis bersama-MU, paling tidak sedikit saja pada satu jam di dalam Taman Zaitun. O Bunda yang berduka, Maria, buatlah aku merasakan kesedihan hatimu yang tersayat bagi Yesus yang menderita di Getsemani.
-----
JAM PERTAMA - PENDERITAAN DI GETSEMANI
Yesusku yang menderita, aku merasa ditarik ke dalam taman ini bagai oleh arus listrik. Aku mengerti bahwa Engkau, magnet kuat hatiku yang
terluka, memanggil aku. Dan aku berlari, seraya berpikir: Apakah daya
tarik-daya tarik cinta yang kurasakan dalam diriku ini? Oh, mungkin Yesusku
yang teraniaya itu berada di dalam keadaan yang sedemikian pahitnya sehingga Ia
merasa perlu kutemani. Dan aku terbang ke sana. Tetapi tak dapat kupercaya. Aku
ketakutan saat memasuki taman ini.
Kegelapan malam, dashyatnya udara dingin, lambaian pelan daun-daun
– bagaikan suara-suara berduka – mengumumkan kesakitan-kesakitan, kesedihan
dan kematian akan Yesusku yang penuh kedukaan. Sayup kerlipan bintang-bintang –
yang seperti mata menangis, melihat sungguh-sungguh dan menggemakan airmata
Yesus – menegurku akan ketidak-bersyukuranku. Aku gemetar; meraba-raba, mencari
Engkau, aku memanggil Engkau: “Yesus, dimanakah Engkau? Engkau memanggil aku
tetapi tidak menunjukkan DiriMu? Engkau memanggil aku, dan kemudian
bersembunyi?” Semuanya mencekam dan menakutkan, dan berada di dalam diam yang
dalam. Namun telingaku mencoba mendengar sungguh-sungguh, aku mendengar satu
nafas berat: Yesus sendirilah yang kudapatkan.
Namun celaka, betapa perubahan yang buruk! Tidak lagi sebagai
Yesus yang lembut di dalam Perjamuan Makan Ekaristis, yang Wajah-Nya memancarkan
gemerlap dan keindahan yang memikat. Tapi kini menyedihkan, dengan kesedihan
kefanaan yang menghancurkan keindahan alami-Nya. Ia telah menderita, dan aku
merasa buruk memikirkan bahwa aku mungkin tak akan dapat lagi mendengarkan
suara-Nya, sebab ia tampak sedang sekarat. Jadi aku merangkul Kaki-Nya. Aku
semakin nekat dan aku merangkul Tangan-Nya dan meletakkan tanganku pada
dahi-Nya untuk menopang-Nya. Kemudian berbisik, aku memanggil-Nya: “Yesus,
Yesus.”
Terguncang oleh suaraku, Ia melihat aku dan berkata:
“Anak-Ku, apakah kau berada di sini? Aku sedang menunggumu,
sebab ini adalah kesedihan yang paling menekan Aku: benar-benar ditinggalkan
oleh semua orang. Aku sedang menunggumu untuk melihat kesakitan-kesakitan-Ku
dan untuk bersamamu minum bersama dari piala kepahitan yang segera dikirim oleh
Bapa Surgawi-Ku melalui seorang malaikat. Kita akan menyeruputnya bersama, sebab
itu bukanlah piala yang menyenangkan tetapi piala yang penuh kepahitan, dan Aku
merasa memerlukan beberapa jiwa yang mencintai yang mau minum paling tidak
beberapa tegukan. Itulah sebabnya Aku memanggil engkau: untuk menerimanya,
untuk berbagi kesakitan-Ku, dan agar Aku yakin bahwa engkau tidak akan
meninggalkan Aku yang telah sungguh-sungguh ditinggalkan ini.”
Ya, Yesusku yang resah, kita akan minum piala kepahitan-Mu
bersama, kita akan merasakan derita kesakitan-Mu [bersama], dan aku tidak akan
pernah pergi dari sisi-Mu.
Jadi, diyakinkan olehku, Yesus yang bersedih memasuki sengsara
manusiawi-Nya, dan menderita kesakitan yang tak pernah terdengar, kesakitan
yang tak pernah terlihat sebelumya. Tak mampu menanggungnya, dan ingin
bersimpati dengan-Nya dan menghibur-Nya, aku berkata pada-Nya:
“Katakanlah padaku, mengapa Engkau begitu sedih, menderita,
dan sendirian di taman ini dan pada malam ini? Ini adalah malam terakhir
kehidupan-Mu di dunia; hanya tinggal beberapa jam lagi sebelum Sengsara-Mu
dimulai. Kupikir aku paling tidak dapat menemukan Bunda Surgawi-Mu, juga Maria
Magdalena terkasih, dan para rasul yang setia di sini. Tapi aku malahan
menemukan-Mu seorang diri saja, dan terbebani oleh sebuah kesedihan yang
memberikan-Mu kematian yang kejam, tanpa membuat-Mu mati. O Kebaikanku dan
segalanya bagiku, tidakkah Engkau mau menjawab aku? Berbicaralah padaku!”
Tapi tampaknya Kau tidak dapat bicara, tertekan oleh kesedihan
yang demikian besar. Tetapi, O Yesusku, pandangan mata-Mu, penuh cahaya, ya,
namun tersiksa dan mencari, seolah mencari bantuan; Wajah-Mu yang pucat, bibir-Mu
kering karena cinta, kemanusiaan-Mu yang Ilahi, gemetar dari kepala hingga
kaki, Hati-Mu berdegup sedemikian kencang – dan detak-detak jantung-Mu itu
mencari jiwa-jiwa dan menyebabkan Engkau berusaha sangat keras, sehingga kapan
saja, itu bisa menjadi nafas-Mu yang terakhir – segala sesuatunya mengatakan
padaku bahwa Engkau sendirian, dan itulah sebabnya Engkau ingin kutemani.
Di sinilah aku, O Yesus, bersama dengan-Mu. Tapi aku tidak tega
melihat Engkau tersungkur ke tanah. Aku meraih Tangan-tangan-Mu, kutekankan ke
hatiku. Satu per satu aku ingin menghitung rasa sakit-Mu; dan satu per satu,
dosa yang dibawakan mereka di hadapan-Mu. Aku ingin memberikan kelegaan pada-Mu
dalam segalanya, pemulihan bagi segalanya, dan paling tidak belas kasih bagi
segalanya.
O Yesusku, saat aku memegang Tangan-tangan-Mu, penderitaan-Mu
bertambah. O Hidup-ku, aku merasakan api mengalir di nadi-nadi-Mu; aku
merasakan Darah-Mu mendidih, dan ingin meledakkan nadi-nadi-Mu dan habis.
Katakan padaku, Cinta-Ku, apakah itu? Aku tidak melihat cambukan, juga tidak
duri, tidak juga paku ataupun sebuah salib. Namun ketika kuletakkan kepalaku di
Hati-Mu, aku merasakan duri-duri kejam merobeknya. Aku merasakan kejamnya
cambukan-cambukan yang tidak menaruh belas kasihan pada Kemanusiaan-Mu yang
kudus, tidak di dalam ataupun di luar. Aku melihat Tangan-tangan-Mu
berkontraksi dan terpelintir, lebih buruk daripada dipaku. Katakan padaku,
Kebaikanku yang manis, siapa yang memiliki kekuatan demikian, juga di dalam Diri-Mu, untuk menyiksa-Mu dan membuat-Mu menderita sebagaimana banyaknya
kematian demikianlah banyaknya penyiksaan yang diberikan pada-Mu?
Oh, tampaknya Yesus mulia itu membuka bibir-bibir-Nya, pingsan dan
sekarat, dan berkata padaku:
“Anak-Ku, kau ingin mengetahui apa yang lebih menyiksa Aku
daripada para algojo? Bahkan, mereka tidak ada apa-apanya dibandingkan ini!
Itulah Cinta abadi, yang menginginkan keunggulan di dalam segalanya, atas-Ku
dan di dalam-Ku. Cinta adalah paku bagi-Ku, Cinta adalah pukulan, Cinta adalah
duri-duri mahkota duri – Cinta adalah segalanya bagi-Ku. Cinta adalah hasrat-Ku
selamanya, selama manusia berada di dalam waktu. Ah, anak-Ku, masuklah ke dalam
Hati-Ku, datang dan meleburlah di dalam Cinta-Ku, dan hanya di dalam
Cinta-Kulah engkau akan memahami betapa menderitanya Aku dan betapa Aku
mencintai Engkau, dan engkau akan belajar untuk mencintai Aku dan untuk
menderita hanya karena cinta.”
O Yesusku, sejak Engkau memanggil aku ke dalam Hati-Mu untuk
menunjukkan padaku cinta apa yang membuat-Mu menderita, aku memasuki-Nya. Namun
ketika aku memasuki-Nya, aku melihat tanda-tanda cinta yang memahkotai
kepala-Mu, bukan dengan bahan duri-duri, tetapi dengan duri-duri api; yang
mencambuk-Mu, tidak dengan pecutan tali, tetapi dengan pecutan api; yang
menyalibkan Engkau dengan paku-paku, yang bukan terbuat dari besi, tapi terbuat
dari api. Semuanya adalah api yang terserap ke dalam
tulang-tulang-Mu dan masuk sampai ke dalam sumsum; dan memurnikan semua
Kemanusiaan-Mu yang Maha Kudus ke dalam api, itu memberikan-Mu kesakitan abadi,
sudah barang tentu lebih besar dari Sengsara-Mu, dan mempersiapkan sebuah
permandian cinta bagi semua jiwa yang ingin dibersihkan dari noda dan
memperoleh hak sebagai anak-anak Cinta.
O Cinta tanpa akhir, aku merasa begitu beratnya di hadapan Cinta
yang begitu besarnya. Aku melihat bahwa untuk memasuki Cinta dan mengerti hal
itu, seluruhnya haruslah Cinta. O Yesusku, aku bukanlah itu! Namun karena
Engkau ingin kutemani dan ingin agar aku masuk ke dalam-Mu, aku berdoa pada-Mu
mohon jadikanlah aku seluruhnya Cinta. Jadi, aku mohon kepada-Mu untuk
memahkotai kepalaku dan setiap pikiranku dengan mahkota Cinta. Aku mohon
kepada-Mu, O Yesus, untuk mencambuk aku dengan cambukan Cinta. Biarlah jiwaku,
tubuhku, kekuatanku, perasaanku, hasratku, cintaku, di dalam sebuah kata,
segalanya, didera dan dimateraikan oleh cinta. O cinta tanpa akhir, jangan
biarkan ada di dalamku yang tidak menerima kehidupannya dari cinta.
O Yesus, pusat segala cinta, aku mohon kepadamu untuk memaku
tangan dan kakiku dengan paku cinta, sehingga seluruhnya dipaku oleh cinta, aku
dapat menjadi cinta, mengerti cinta, berpakaian cinta, memberi makan diriku
dengan cinta. Semoga cinta seluruhnya menjagaku tetap terpaku di dalam Engkau,
sehingga tidak ada di dalam ataupun di luarku yang lancang untuk menarikku dan
menggangguku dari cinta, O Yesus!
RENUNGAN DAN PRAKTEK
Ditinggalkan oleh Bapa yang Kekal pada saat ini, Yesus Kristus
menderita dalam nyala api cinta yang berkobar-kobar hingga Ia dapat
menghancurkan semua doa, malah hal itu mungkin dan dapat dibayangkan. Ia dapat
menyalakan dengan semua Kasih-Nya bagi semua jutaan dan jutaan mahkhluk di
dunia, dan di Neraka terhukum, jika mereka tidak selamanya terpaku pada
kejahatan mereka.
Marilah masuk ke dalam Yesus, dan setelah menyatu di dalam bagian
terdalam dari seluruh ruang, ke dalam detak jantung api, ke dalam pikiran-Nya
(dimana hal itu bagai kobaran nyala api), marilah membawa cinta ini dan kita
memakaikannya dari dalam dan luar, dengan nyala yang dikobarkan oleh Yesus.
Kemudian, keluar daripada-Nya, dan menuangkan diri kita di dalam Kehendak-Nya,
kita akan mendapatkan semua mahkluk. Marilah kita berikan cinta Yesus kepada
setiap mahkluk dan menyentuh kembali hati mereka dan pikiran mereka dengan
cinta ini, marilah kita mencoba untuk mengubah mereka semua ke dalam cinta.
Kemudian, dengan hasrat-hasrat, detak-detak jantung dan pikiran-pikiran akan
Yesus, marilah kita membentuk Dia di dalam setiap hati mahkluk.
Setelah ini, kita akan membawa semua mahkluk kepada-Nya dengan
Yesus yang berada di hati mereka dan kita akan menempatkan mereka di
sekitar-Nya, sambil berkata: “Yesus, kami membawa semua mahkluk dengan Yesus di
dalam setiap hati mereka, untuk memberikan-Mu penghiburan dan kelegaan. Kami
tidak mempunyai cara lain untuk memberikan-Mu kelegaan selain daripada membawa
semua mahkluk ke dalam Hati-Mu!” Dengan ini, kita akan memberikan kelegaan yang
sejati kepada Yesus, karena kobaran api yang membakar-Nya begitu banyak,
sehingga ia terus menerus mengulangi, “Aku terbakar, dan tidak ada seorang pun
yang mengambil Cinta-Ku. Ku mohon, berikanlah Aku kelegaan: ambillah Cinta-Ku
dan berikanlah Aku cinta!” Untuk menghibur Yesus dalam segalanya, kita harus
kembali kepada diri kita dan menjalankan renungan-renungan ini bagi diri kita
sendiri.
Dalam segala hal yang kita lakukan, dapatkah dikatakan bahwa ada aliran cinta yang terus menerus antara Tuhan dan diri kita sendiri? Hidup kita
adalah aliran cinta yang terus-menerus yang kita terima dari Tuhan: jika kita
berpikir, itulah aliran Cinta; jika kita bekerja, itulah aliran cinta; kata
adalah cinta; detak jantung adalah cinta. Kita menerima segalanya dari Tuhan.
Namun apakah semua perbuatan kita menuju Tuhan bersama cinta? Apakah Yesus
mendapatkan kita di dalam lantunan manis Cinta-Nya yang mengalir pada-Nya, sehingga
terpesona dengan lantunan ini Ia akan melimpahkan kita dengan limpah Cinta bagi
kita secara lebih lagi?
Jika di dalam segala yang telah kita lakukan kita tidak berniat
untuk berlari bersama di dalam Cinta Yesus, marilah diri kita masuk dan minta
pengampunan-Nya yang telah menyebabkan Dia kehilangan lantunan manis Cinta-Nya
terhadap kita.
Apakah kita membiarkan diri kita sendiri menjadi model tangan
ilahi, seperti kemanusiaan Yesus Kristus? Dengan pengecualian akan dosa, kita
harus menerima segala sesuatu yang terjadi di dalam kita sebagai
pekerjaan Ilahi. Jika tidak, kita menyangkal kemuliaan Bapa, kita membiarkan
kehidupan Ilahi berlalu daripada kita, dan kita kehilangan kekudusan. Segala
sesuatu yang kita rasakan di dalam diri kita – inspirasi, hinaan, rahmat –
tidak lain adalah karya cinta. Apakah kita mengambilnya di dalam cara yang
Tuhan ingin kita lakukan? Apakah kita membiarkan Yesus bekerja dengan leluasa
di dalam kita? Atau, dengan mengambil semuanya di dalam perasaan manusia dan
pengabaian akan hal-hal, apakah kita menolak perbuatan Ilahi dan memaksa Yesus
menyalibkan lengan-lengan-Nya? Apakah kita meninggalkan diri kita di dalam
lengan-lengan-Nya seolah kita adalah mati, untuk menerima semua pukulan yang
Tuhan pakai untuk pengudusan kita?
Cinta-ku dan segala-ku, biarlah Cinta-Mu membanjiri aku di semua
sisi dan membakar segala sesuatu di dalam aku yang bukan milik-Mu. Dan buatlah
cintaku selalu mengalir menuju Engkau untuk membakar segala sesuatu yang
menyedihkan Hati-Mu.
DOA SYUKUR
Di akhir setiap doa Penderitaan di Taman
O Tuhanku yang termanis, aku berterimakasih kepada-MU karena telah
senang menjadikan aku teman-MU setidaknya selama satu jam selama penderitaan-MU
yang luar biasa di taman. Oh, Yesus yang baik, betapa sedikit kenyamanan yang
Engkau temukan dalamku. Namun, cinta-MU yang tak terbatas dan kasih amal yang
melimpah membuat Engkau merasa lega bahkan dengan sedikit kasih sayang yang
ditunjukkan makhluk ciptaan-MU itu kepada-MU. Aku tidak akan pernah melupakan
pemandangan akan Engkau yang patut disembah; gemetar, terhantam, hancur,
dipermalukan dalam debu, dan semua ditutupi dengan keringat darah-MU, dalam
kengerian gelap Getsemani! O Yesus, aku telah mengalami hal itu untuk menyertai
Engkau dalam penderitaan-MU, merasakan seteguk kesusahan Hati Ilahi-MU yang
menyedihkan adalah keberuntungan terbesar yang bisa dimiliki seseorang di bumi.
O Yesus, aku dengan sukacita menanggalkan segala kesia-siaan dan
keduniawian. Aku hanya menginginkan Engkau, Tuhanku yang tertindas, sengsara,
menderita. Dari taman ini, ke Kalvari, aku selalu ingin menjadi teman setia dan
teman manis-MU.
O Yesus, jadikanlah aku tertawan bersama-MU, dan terseret ke
pengadilan bersama-MU. Biarkan aku berbagi dalam aniaya, penghinaan, ludahan
dan tamparan musuh-MU untuk menutupi Engkau. Bawa aku dari Pilatus ke Herodes
dan kembali ke Pilatus lagi. Ikatkan aku di tiang bersama-MU, dan biarkan aku
merasakan bagian dari cambukan-MU. Yesus, tusuklah aku dengan beberapa duri-MU.
Biarkan aku dijatuhi hukuman mati dengan penyaliban bersama-MU: Engkau, sebagai
korban cinta bagiku, dan aku sebagai korban penebusan akan dosa-dosa-ku.
Berikanlah aku bagian dari orang Kirene, untuk mengikuti Engkau ke
Kalvari; dan di sana, biarlah aku dipaku pada Salib bersama-MU, dan kemudian
menderita dan wafat bersama Engkau.
O Bunda yang berduka, engkau telah menolong aku bersimpati dengan
penderitaan Yesus di taman. Tolonglah aku sekarang untuk disalib bersamamu pada salib yang sama, salib Yesus, dan untuk mengetahui bagaimana mempersembahkan
kepada-NYA perbaikan-perbaikan yang sangat berarti dengan jasa-jasa yang sama
akan sengsara dan kematian-NYA di salib. Amin.
No comments:
Post a Comment