09.00 – 10.00
YESUS DIMAHKOTAI DURI
YESUS DIMAHKOTAI DURI
Yesus-ku, Cinta tak terbatas, semakin aku melihat Engkau semakin
aku menyadari betapa Engkau menderita. Engkau didera seluruhnya; tidak ada
bagian yang tersisa daripada-Mu. Penyiksa-Mu begitu berang walaupun telah
melihat seluruh kesakitan-Mu, Engkau melihat mereka dengan cinta yang begitu
besar. Tatapan-Mu yang mengasihi membentuk sebuah belenggu yang manis, hampir
seperti begitu banyak suara yang berdoa dan memohon kesakitan yang lebih
dan kesakitan yang baru. Sehingga para penyiksa ini – bukan hanya karena
mereka tidak berperikemanusiaan, tetapi juga terdorong oleh Cinta-Mu – membuat
Engkau tersungkur. Namun saat tidak mampu berdiri, Engkau terjatuh lagi di
dalam Darah-Mu sendiri. Marah karena hal ini, dengan tendangan dan dorongan,
mereka memaksa Engkau mencapai tempat dimana mereka akan memahkotai Engkau
dengan mahkota duri. Cinta-ku, jika Engkau tidak menahan aku dengan tatapan
Cinta-Mu, aku tidak akan mampu terus melihat Engkau menderita.
Aku sudah dapat merasakan tulang-tulangku gemetar. Jantungku
berdegup kencang. Aku merasa akan mati. Yesus, Yesus, tolonglah aku! Yesus-ku
yang lembut berkata kepadaku:
“Anak-ku, beranilah. Janganlah kehilangan apapun dari apa
yang telah Kuderita. Perhatikanlah ajaran-ajaran-Ku. Aku harus membuat manusia
utuh kembali. Dosa telah merampas mahkotanya, dan memahkotainya dengan aib dan
kebingungan yang sedemikian hingga ia tidak dapat datang ke hadapan
keagungan-Ku. Dosa telah merendahkannya, membuatnya kehilangan setiap hak bagi penghormatan dan kemuliaan. Jadi, untuk menaruh kembali mahkota pada dahi
manusia dan mengembalikan semua haknya akan setiap penghormatan dan kemuliaan,
Aku ingin dimahkotai dengan duri-duri. Di hadapan Bapa-Ku, duru-duri-Ku akan
menjadi pemulihan-pemulihan dan suara-suara pengampunan bagi begitu banyak dosa
pikiran, terutama dosa kesombongan, dan suara-suara cahaya setiap pikiran yang
diciptakan dan yang memohon untuk tidak melakukan pelanggaran terhadap Aku.
Jadi, bergabunglah dengan-Ku, dan berdoalah dan buatlah pemulihan bersama
dengan-Ku.”
Yesus yang dimahkotai, para musuh-Mu yang tak kenal ampun
membuat-Mu duduk, dan mereka memakaikan kain kasar ungu pada-Mu. Mereka
mengambil mahkota duri dan dengan kemarahan yang besar menaruhnya pada
Kepala-Mu yang patut disembah. Kemudian, memukulkannya dengan sebuah tongkat, mereka membuat mahkota itu menembus dahi-Mu; dan sebagian duri masuk ke
dalam mata-Mu, telinga-Mu, kepala-Mu dan bahkan leher belakang-Mu. Cinta-Ku,
betapa menyengsarakan! Betapa kesakitan yang tak terkatakan! Berapa banyak
kematian kejam yang Kauderita! Begitu banyak darah telah turun pada Wajah-Mu
sehingga tidak ada lagi selain darah saja yang dapat terlihat. Tetapi di balik
duri-duri dan darah itu aku dapat melihat Wajah-Mu Yang Maha Kudus memancarkan
kelembutan, damai dan cinta.
Ingin melengkapi tragedi ini, para penyiksa-Mu menutup mata-Mu
dengan kain, menaruh tongkat di tangan-Mu seolah tongkat kerajaan dan mulai
mengolok-olok. Mereka memberi-Mu salam seraya berkata, “Raja orang Yahudi!" Mereka memukul mahkota itu, mereka menampar-Mu dan berkata, “Tebaklah siapa
yang memukul Engkau!” Engkau tidak menjawab, dan membuat pemulihan bagi ambisi
mereka yang menginginkan kerajaan-kerajaan, martabat-martabat dan
kehormatan-kehormatan; bagi mereka yang mendapatkan dirinya pada posisi
sedemikian rupa dengan kesalahan mereka menyebabkan kehancuran pada orang-orang
dan pada jiwa-jiwa yang dipercayakan pada mereka; dan bagi mereka yang dengan
teladan buruknya membawa orang lain kepada kejahatan dan menyebabkan hilangnya jiwa-jiwa.
Dengan tongkat yang Kaupegang di tangan-Mu, Engkau membuat
pemulihan bagi begitu banyak pekerjaan baik yang kosong dari semangat diri dan bahkan dilakukan dengan niat-niat jahat. Di dalam hinaan-hinaan
yang Kauterima, Engkau membuat pemulihan bagi mereka yang memperoleh hal-hal
yang Maha Kudus, merendahkannya dan menodainya.
Dengan penutup mata di mata-Mu, Engkau melakukan pemulihan bagi
mereka yang matanya dibutakan oleh kepandaian mereka sehingga mereka tidak
dapat melihat cahaya kebenaran. Pada waktu yang bersamaan, Engkau memperolehkan
bagi kami rahmat untuk menyingkirkan penutup mata nafsu-nafsu, kekayaan dan
kenikmatan. Raja-ku, Yesus, para musuh-Mu terus menghina Engkau. Ada begitu
banyak darah yang mengalir dari Kepala-Mu Yang Maha Kudus, bahkan masuk ke
dalam Mulut-Mu, sehingga aku tidak mendengar suara lembut-Mu dengan jelas, jadi
aku tidak dapat melakukan apa yang Kaulakukan. Kemudian, aku datang ke dalam pelukan-Mu. Aku ingin menopang kepala-Mu yang terkoyak dan menderita; dan
aku ingin menaruh kepalaku di bawah duri-duri itu untuk merasakan
tusukan-tusukannya. Saat aku mengatakan ini, Yesus-ku memanggil aku dengan
tatapan Cinta-Nya – dan aku berlari. Aku berpaut pada Hati-Nya, dan aku
melakukan sebaik mungkin untuk menopang Kepala-Nya.
Oh! Betapa indahnya bersama Yesus, walaupun di tengah-tengah
seribu siksaan! Dia berkata kepadaku:
“Anak-Ku, duri-duri ini berkata bahwa aku ingin dibuat
menjadi raja setiap hati. Semua kekuasaan adalah hak-Ku. Ambilah duri-duri ini,
tusuklah hatimu dan keluarkanlah semua daripadanya yang bukan milik-Ku.
Tinggalkanlah sebuah duri di dalam hatimu sebagai meterai untuk menunjukkan
pada-Ku bahwa Aku adalah Raja-mu dan untuk menjaga yang lainnya lagi masuk ke
dalam engkau. Kemudian, pergilah mengitari semua hati, tusuklah mereka untuk
mengeluarkan semua asap kesombongan dan kebusukan yang ada pada mereka, dan
buatlah aku sebagai raja bagi setiap orang.”
Cinta-ku, hal itu menyakitkan hatiku untuk meninggalkan-Mu. Jadi,
aku berdoa pada-Mu untuk membuat tuli telingaku dengan duri-duri sehingga aku
hanya akan mendengar suara-Mu saja. Tutuplah mataku dengan duri-duri-Mu
sehingga aku hanya dapat melihat Engkau saja. Penuhilah mulutku dengan
duri-duri-Mu sehingga lidahku menjadi bisu akan semua yang dapat melanggar
Engkau, dan bebas untuk memuji dan memberkati Engkau di dalam segalanya. O
Raja-ku, Yesus, kelilingilah aku dengan duri-duri; dan semoga duri-duri ini
menjaga aku, membela aku dan membuat aku seutuhnya menginginkan Engkau.
Sekarang aku ingin mengeringkan darah yang ada pada-Mu dan
mencium-Mu, sebab aku melihat bahwa para musuh-Mu membawa-Mu kepada Pilatus
yang menjatuhkan hukuman mati pada-Mu. Cinta-ku, bantulah aku untuk meneruskan
sepanjang jalan kesedihan-Mu, dan berkatilah aku. Yesus-ku yang dimahkotai,
hatiku yang malang terluka oleh Cinta-Mu dan terkoyak oleh
kesakitan-kesakitan-Mu, tidak dapat hidup tanpa-Mu. Jadi aku mencari Engkau dan
aku mendapatkan Engkau lagi di hadapan Pilatus. Betapa sebuah tontonan yang
menggerakkan hati yang kulihat. Surga merasa ngeri dan neraka gemetar dengan
ketakutan dan kemarahan! Kehidupan hatiku, aku tidak sanggup melihat Engkau
seperti ini tanpa merasa diriku mati, tetapi kekuatan Cinta-Mu memaksaku untuk
melihat Engkau, untuk membuat aku mengerti seluruhnya akan
kesakitan-kesakitan-Mu. Di antara airmata dan desah aku merenungkan Engkau.
Yesus-ku, Engkau telanjang, bukannya berpakaian, aku melihat Engkau berpakaian
dalam darah. Daging-Mu terkoyak, tulang-tulang-Mu terlihat, Wajah-Mu yang Maha
Kudus tidak dikenali. Duri-duri tertancap di Kepala-Mu yang Maha Kudus, dan
bahkan menjangkau Mata-Mu dan Wajah-Mu. Aku hanya melihat darah turun ke tanah
membentuk genangan di Kaki-Mu.
Yesus-ku, aku tidak mengenali Engkau lagi! Oh, betapa Engkau
direndahkan! Keadaan-Mu telah mencapai pada hinaan dan siksaan sangat
berlebihan! Tidak, aku tak sanggup lagi bertahan melihat pandangan yang sangat
menyakitkan itu! Aku merasa diriku sekarat! Aku ingin merebut-Mu dari hadapan
Pilatus dan mendekatkan Engkau di dalam hatiku untuk memberikan-Mu istirahat.
Aku ingin menyembuhkan luka-luka-Mu dengan cintaku. Dengan Darah-Mu aku ingin
membajiri dunia untuk membawa semua jiwa di dalamnya dan membawa mereka
kepada-Mu sebagai penakluk akan kesakitan-kesakitan-Mu.
O Yesus yang sabar, tampaknya Engkau berusaha untuk melihat aku
melalui duri-duri, dan Engkau berkata kepadaku:
“Anak-Ku, datanglah ke dalam lengan-lengan-Ku yang
terbelenggu. Baringkanlah kepalamu pada dada-Ku dan engkau akan melihat
kesakitan-kesakitan yang lebih besar dan lebih pahit lagi, sebab semua yang
kaulihat pada luar Kemanusiaan-Ku adalah apa yang mengalir dari
kesakitan-kesakitan-Ku dari dalam-Ku. Perhatikanlah pada kehancuran Hati-Ku dan
engkau akan mendengar bahwa Aku sedang melakukan pemulihan bagi
ketidakadilan-ketidakadilan mereka yang berkuasa; bagi ketertindasan orang
miskin; bagi keputusan yang diberikan pada orang-orang yang tidak bersalah;
bagi kesombongan mereka yang memiliki jabatan tinggi, posisi dan kekayaan yang
tidak ragu-ragu melanggar hukum dan berbuat kesalahan terhadap sesama mereka,
menutup mata mereka pada cahaya kebenaran.”
“Dengan duri-duri ini aku ingin mencerai-beraikan roh angkuh
dari kekuasaan mereka. Dengan luka-luka yang di Kepala-Ku, Aku ingin membuat
jalan ke dalam pikiran-pikiran mereka untuk mengatur kembali segalanya sesuai
dengan cahaya kebenaran. Dengan dipermalukan seperti ini di hadapan hakim yang
tidak adil, Aku ingin membuat semua orang mengerti kebajikan itu sendirilah
yang membuat manusia menjadi raja akan dirinya. Dan Aku mengajarkan mereka yang
berkuasa itu di dalam kebajikan, bersama dengan pengetahuan yang benar, itu
saja layak dan mampu berkuasa dan mengatur orang lain, sementara yang lainnya
lagi dengan martabat-martabat, tanpa kebajikan, dan berbahaya dan harus
ditolak. Anak-Ku, ulangilah pemulihan-pemulihan-Ku, dan teruskanlah
memperhatikan kesakitan-kesakitan-Ku.”
Cinta-ku, aku melihat Pilatus gemetar melihat keadaan malang-Mu;
dan secara mendalam terkesan, ia berteriak:
“Apakah kekejaman seperti ini mungkin ada di hati manusia?
Tidak, ini bukanlah niatku saat aku menjatuhkan hukuman cambuk pada-Nya.”
Merasa terbebani, Pilatus memalingkan pandangannya karena ia tidak
sanggup melihat pemandangan yang menyakitkan itu. Dan, ingin membebaskan Engkau
dari tangan para musuh-Mu, untuk menemukan alasan kukuh lagi, ia bertanya
pada-Mu lagi:
“Katakan padaku: Apa yang telah Kauperbuat? Orang-orang-Mu
telah menyerahkan Engkau kepadaku. Katakan padaku: Apakah Engkau Raja? Apakah
Kerajaan-Mu?”
O Yesus-ku, Engkau tidak menjawab pertanyaan Pilatus yang
bertubi-tubi itu; dan menyertakan Diri-Mu sendiri, Engkau memalingkan
pikiran-Mu untuk menyelamatkan jiwaku yang malang dengan kesakitan-kesakitan-Mu
yang begitu banyak. Melihat bahwa Engkau tidak menjawabnya, Pilatus menambahkan:
“Tidakkah Kau ketahui bahwa aku berkuasa untuk membebaskan
atau menghukum Engkau?”
O Cinta-ku, ingin membuat cahaya kebenaran bersinar pada pikiran
Pilatus, Engkau menjawab:
“Engkau tidak memiliki kuasa terhadap Aku jika tidak
diberikan dari atas pada-Mu. Tetapi mereka yang menyerahkan Aku kepadamu
dosanya lebih besar daripadamu.”
Kemudian, tergerak oleh Suara lembut-Mu, tak memiliki jawaban,
dengan hatinya yang masih kacau, Pilatus memutuskan untuk membawa-Mu ke teras,
berpikir bahwa hati para orang Yahudi mungkin akan berbelas kasih, berharap
mereka tergerak hatinya untuk melihat Engkau yang sudah sedemikian rupa
dipukuli. Yesus-ku yang sengsara, hatiku sakit saat melihat Engkau mengikuti
Pilatus.
Kau kesulitan berjalan, meringkuk di bawah mahkota duri yang
mengerikan itu. Meninggalkan jejak darah saat Engkau melangkah. Ketika Engkau
berjalan keluar Aku mendengar kumpulan kacau yang gelisah menunggu Engkau
dijatuhi hukuman. Pilatus menyuruh semuanya diam dan memperhatikan agar
suaranya terdengar. Dengan kekesalan ia mengambil dua ujung kain ungu kasar
yang menutupi Dada-Mu di depan dan di belakang, mengangkatnya dan menunjukkan
kepada setiap orang betapa Engkau telah begitu direndahkan dan dengan suara
keras berkata:
“Ecce homo!” Lihatlah Dia: Dia sudah tidak tampak seperti
manusia lagi. Lihatlah luka-luka-Nya: Dia sudah tak dapat dikenali lagi. Jika
Dia melakukan kesalahan, Dia telah cukup menderita untuk semuanya itu bahkan
sudah terlalu banyak. Aku telah menyesal membuat Dia menderita seperti ini.
Jadi, marilah kita membebaskan Dia!”
Yesus, Cinta-ku, biarlah aku menahan Engkau sebab aku melihat
Engkau limbung tidak dapat berdiri menahan Badan-Mu yang menderita begitu
banyak kesakitan.
Kini, dalam diam yang sungguh, nasib-Mu diputuskan. Setelah
kata-kata Pilatus itu terdengar diam yang sungguh-sungguh yang terdengar sampai
ke Surga, Bumi dan Neraka. Dan kemudian, kudengar tampak mereka memiliki sebuah
suara, kudengar setiap orang berteriak:
“Salibkan Dia! Salibkan Dia! Bagaimanapun juga kami ingin Dia
mati!”
Yesus, Hidup-Ku, aku melihat Engkau gemetar. Jeritan kematian
turun ke dalam Hati-Mu. Dan di dalam suara-suara ini Engkau menangkap Suara
Bapa-Mu yang Terkasih, berkata:
“Putera-Ku, Aku ingin Engkau mati, mati disalibkan!”
Ya, Engkau mendengar suara bunda-Mu terkasih juga yang walaupun
terpaku dan dari kejauhan, menggemakan suara Bapa-Mu yang Terkasih:
“Nak, Aku ingin Engkau mati!”
Para malaikat, para kudus, neraka, setiap orang secara bulat suara
berteriak:
“Salibkan Dia! Salibkan Dia!”
Jadi, tidak ada seorang pun yang menginginkan Engkau hidup. Dan
oh, oh, dengan rasa malu-ku, kesakitan dan kengerian yang besar, aku pun merasa
dipaksa dengan kekuatan maha besar untuk berteriak:
“Salibkan Dia!”
Yesus-ku, ampunilah aku juga, jiwa pendosa yang malang, yang
menginginkan Engkau mati. Tetapi aku berdoa pada-Mu untuk mati bersama aku.
Sementara itu, Yesus-ku yang sengsara tergerak oleh rasa sakitku, tampaknya
berkata padaku:
“Anak-Ku, tekanlah dirimu pada Hati-Ku dan bagilah
kesakitan-kesakitan dan pemulihan-pemulihan-Ku. Sekejap suasana menjadi
khidmat. Pastilah telah diputuskan: entah kematian-Ku, atau kematian semua
mahkluk. Pada saat ini dua keadaan tertuang ke dalam hatiku. Di satu keadaan
ada jiwa-jiwa yang menginginkan Aku mati, karena mereka ingin mendapatkan
kehidupan di dalam-Ku. Jadi, dengan menerima kematian bagi mereka, mereka
diampuni dari hukuman abadi; dan gerbang-gerbang surga terbuka untuk menerima mereka.
Di keadaan yang ada mereka yang menginginkan Aku mati karena
kebencian, dan ini meneguhkan hukuman mereka. Hati-Ku robek dan merasakan
kematian masing-masing mereka, dan kesakitan-kesakitan neraka! Hatiku tidak
dapat menanggung kepahitan-kepahitan ini. Aku merasakan kematian pada setiap
detak jantung dan pada setiap helaan nafas. Dan aku mengulangi: Mengapa begitu
banyak darah tertumpah sia-sia? Mengapa kesakitan-kesakitan-Ku menjadi tak
berguna bagi banyak orang? Tolong bantulah Aku, anak-Ku, sebab Aku tak sanggup
menanggungnya lagi. Berbagilah kesakitan-kesakitan-Ku dan biarlah hidupmu
menjadi persembahan yang terus-menerus untuk menyelamatkan jiwa-jiwa, untuk
membuat kesakitan-kesakitan yang begitu besar ini berkurang bagiku.”
Hati-ku, Yesus, kesakitan-kesakitan-Mu adalah milikku, dan aku
mengulangi pemulihan-pemulihan-Mu. Aku melihat bahwa Pilatus keheranan, dan
segera berkata:
“Apa? Haruskah aku menyalibkan Raja-mu? Aku tidak menemukan
kesalahan apapun untuk menghukum Dia!”
Tetapi orang-orang Yahudi berteriak memekakkan udara:
“Kami tidak memiliki raja tetapi Kaisar, dan jika engkau
tidak menjatuhkan hukuman pada-Nya, engkau bukan teman Kaisar. Bawa Dia pergi!
Bawa Dia pergi! Salibkan Dia! Salibkan Dia!”
Tak tahu apa lagi yang harus dilakukan karena ketakutan
kekuasaannya akan disingkirkan, Pilatus meminta sebuah baskom dibawa padanya,
mencuci tangannya, dan berkata:
“Aku tidak bersalah akan darah orang benar ini.”
Dan ia menjatuhkan-Nya hukuman mati.
Tetapi orang Yahudi berteriak:
“Darah-Nya akan ada pada kami dan pada anak-anak kami!”
Dan melihat Engkau dijatuhi hukuman mati, mereka kegirangan,
bertepuk tangan, bersiul dan berteriak. Sementara, O Yesus, Engkau membuat
pemulihan bagi mereka yang berada di posisi-posisi tinggi, bagi ketakutan
sia-sia dan menghindar agar tidak kehilangan posisi mereka, melanggar hukum
yang Maha Kudus, tidak peduli akan kehancuran seluruh masyarakat, berpihak pada
yang salah dan menghukum yang tak bersalah. Engkau juga membuat pemulihan bagi
mereka yang setelah melakukan dosa memanggil Murka Ilahi untuk menghukum mereka.
Namun sementara Engkau melakukan pemulihan akan hal-hal ini,
Hati-Mu terluka karena kesakitan melihat orang-orang pilihan-Mu memanggil
kutukan surga, yang dengan kehendak bebas mereka sendiri menginginkannya,
memeteraikan dengan darah mereka yang mereka lakukan sendiri. Ya, Hati-Ku
pingsan! Biarlah aku menahannya dengan tanganku dengan melakukan
pemulihan-pemulihan dan kesakitan-kesakitan-Mu menjadi milikku. Sekarang
Cinta-Mu semakin tinggi, Engkau sudah tak sabar melihat Salib!
Hidup-ku, aku akan mengikuti Engkau, tetapi sekarang
beristirahatlah di dalam lengan-lenganku; kemudian, kita akan mencapai Gunung
Kalvari bersama. Jadi, tinggallah di dalam aku, dan berkatilah aku.
RENUNGAN DAN PRAKTEK
Memahkotai Dia dengan duri, mereka memperlakukan Yesus seperti
seorang raja lawakan, melemparkan hinaan-hinaan dan penderitaan pada-Nya yang
menyakitkan tak terkatakan. Ia membuat pemulihan terutama bagi dosa-dosa
kesombongan. Apakah aku membiarkan perasaan sombong menyelinap di dalam aku?
Apakah aku meminta pengakuan akan hal baik yang kulakukan? Apakah aku percaya
bahwa aku lebih baik dari orang lain? Sering kita tidak mengijinkan rahmat
terbentuk karena pikiran kita tersumbat – penuh dengan pikiran lain, dan ketika
pikiran kita tidak seluruhnya dipenuhi dengan Tuhan, diri kita sendiri
menyebabkan gangguan iblis, sehingga sungguh kitalah yang mendorong
godaan-godaannya. Namun pikiran yang dipenuhi Tuhan tidaklah bingung, sebab
pikiran-pikiran kudus membentuk sebuah benteng terhadap iblis. Ketika iblis
mendekat, seolah banyak pedang melukainya, dan iblis takut datang mendekat,
ingin menghindari kesakitan-kesakitan yang tajam.
Untuk itulah aku salah bila mengeluh ketika pikiranku terganggu
dan dicobai oleh musuh, sebab itulah penjagaku yang lemah (sebab aku tidak
memenuhi pikiranku dengan Yesus) yang mengusir musuh yang menyerangku, seolah
ia mengintai pikiranku untuk mendapatkan ruang kecil untuk meyerangku. Namun demikian, bukannya menolong Yesus dengan pikiran kudus dan
hampir ingin mematahkan duri-duri-Nya, aku dengan tidak bersyukur bahkan
menusuk-Nya lebih dalam pada Kepala-Nya dan membuat Ia merasakan lebih lagi
sengatan tajam itu sehingga rahmat menjadi frustrasi sebab tidak dapat membuat
pikiranku menyelesaikan pekerjaan dari inspirasi kudus. Terkadang, aku
melakukan lebih buruk lagi: ketika aku merasa beratnya pencobaan, bukannya
membawa mereka kepada Yesus, mengikat mereka dan membakar mereka pada kaki
Cinta-Nya, aku menjadi khawatir, aku menjadi sedih, dan bahkan
menghitung-hitung pencobaanku.
Untuk itulah, bukan saja pikiran malangku dipenuhi dengan
pikiran-pikiran buruk tetapi semua kelemahanku tampak kuyub di dalam pikiran
itu, dan aku hampir memerlukan sebuah mukjizat dari Yesus untuk melepas diriku.
Dan Yesus, melihat melalui duri-duri, menatap padaku dan memanggil aku,
berkata: Ah, putriku, dirimu sendirilah yang menolak untuk mendekat pada-Ku.
Jika saja engkau segera datang, Aku akan menolong membebaskan dirimu dari
gangguan-gangguan yang dibawakan musuh ke dalam pikiranmu. Malahan engkau
membuat Aku merindukan engkau kembali; dan karena aku ingin engkau membantu membebaskan-Ku
dari duri-duri tajam ini, sia-sia Aku menunggu ketika engkau sibuk melakukan apa
yang musuh siapkan untukmu.
O engkau akan dicobai lebih sedikit saja jika engkau segera datang
pada lengan-Ku, sehingga takut pada-Ku, bukan padamu, musuh akan segera pergi!
Yesus-ku semoga duri-duri-Mu akan menjadi seperti sebuah meterai bagi pikiran-pikiranku,
yang memeteraikannya di dalam pikiran-Mu, mencegah apapun masuk ke dalamnya,
jika tidak itu akan mematahkan duri-duri-Mu. Ketika Yesus membuat Diri-Nya
dapat kurasakan di pikiranku dan di hatiku, apakah aku menjawab inspirasi-Nya,
atau apakah aku membiarkannya terlupakan? Yesus diperlakukan sebagai seorang
raja lawakan: apakah aku menghormati segala sesuatu yang kudus? Apakah aku
memberikan hormat secara pantas, seolah menyentuh Yesus Kristus sendiri?
Yesus yang dimahkotai, semoga aku merasakan duri-duri-Mu sehingga
dari luka-luka-Mu aku dapat mengerti betapa Engkau menderita, dan semoga Engkau
menjadi Raja bagi kami semua. Diperlihatkan di teras, Yesus dijatuhi hukuman
mati oleh orang-orang yang paling Ia cintai dan telah ditolong-Nya.
Untuk memberikan aku hidup, Yesus-ku pengasih menerima kematian
untukku; apakah aku siap menerima kesakitan apapun untuk menyingkirkan
kesakitan dan penghinaan dari Yesus-ku? Agar Yesus tidak menderita, kita harus
menerima hukuman kita; dan karena Yesus di dalam Kemanusiaan-Nya cukup
menderita, kita harus meneruskan Hidup-Nya di bumi, dan membalasnya dengan
penderitaan kita bagi Kemanusiaan Yesus Kristus.
Belas kasih apa yang kumiliki bagi Yesus segala yang diderita
Yesus melihat begitu banyak jiwa menusukan duri di Hati-Nya? Apakah aku
membuat kesakitan-kesakitan-Nya sebagai milikku sendiri untuk menyegarkan Dia di
dalam segala hal yang Ia derita? Orang-orang Yahudi ingin Yesus disalibkan agar
Dia mati dipermalukan sehingga menghapus Nama-Nya di muka bumi. Apakah aku
berusaha untuk membuat Yesus hidup di bumi? Dengan tindakan-tindakanku, dengan
teladanku, dengan langkah-langkahku, aku harus meninggalkan jejak ilahi di
dunia untuk membuat Yesus disadari oleh setiap orang.
Dengan pekerjaan-pekerjaanku, aku harus menghasilkan sebuah gema
Ilahi akan kehidupan-Nya dari ujung bumi ke ujung bumi. Apakah aku siap untuk
menyerahkan hidupku agar Yesus terkasih disegarkan dari segala pelanggaran yang
diterima-Nya? Atau apakah aku mencontoh orang-orang Yahudi – bangsa yang begitu
dikasihi Tuhan yang hampir serupa dengan jiwa malangku yang begitu dikasihi
Tuhan – yang berteriak, “Biarlah Ia disalibkan!”?
Yesus-ku yang terhukum, semoga hukuman-Mu, yang Engkau terima
karena Cinta-Mu, menjadi milikku. Aku melakukannya melalui jiwaku apa yang
tidak dapat kulakukan secara alami: Aku terus menerus menuangkan diriku
kepada-Mu, untuk membawa Engkau di dalam hati semua mahkluk, untuk membuat
Engkau dikenal oleh setiap orang dan untuk memberi Kehidupan-Mu bagi semua
orang.
No comments:
Post a Comment